Promosi dan Diskaun

Rabu, 6 Julai 2011

The Bugis tentang Nenek Moyang Orang Bugis

Dari mana nenek-moyang orang Sulawesi Selatan berasal? … jika anggapan Mills benar bahwa lokasi pertama yang ditempati para pendatang adalah sekitar muara Sungai Saddang, maka kemungkinan besar asalnya dari Kalimantan Timur, yakni sekitar Kutei-Samarinda, atau dari bagian tenggara Kalimantan, yakni sekitar Pegatan-Pulau Laut (belakangan, pada kedua wilayah itu terdapat perkampungan bugis. Mungkin tanpa disadari, mereka sebenarnya telah kembali ke tempat asal nenek-moyang mereka) …”

Demikian Christian Pelras, menulis salah satu tesis tentang asal nenek moyang orang Bugis di Sulawesi Selatan, di dalam bukunya Manusia Bugis (Nalar, 2006 hal. 45, terjemahan dari The Bugis, 1996). Tesis ini sudah lama dikemukakan oleh seorang ahli bahasa, Roger F. Mills, yaitu pada tahun 1975, namun bagi masyarakat umum di Indonesia pendapat ini mungkin masih baru.
Selain baru, juga menarik sebab pemahaman yang ada adalah orang Bugis (termasuk suku-suku lain di Sulawesi Selatan dan Barat) yang ada di Kalimantan Timur dewasa ini berasal dari pulau Sulawesi dari proses gelombang migrasi yang hampir terjadi sepanjang tahun, meski itu hanya per individu. Dengan kata lain, “Mereka kembali ke asal”. Betulkah demikian? Ada ilmuwan yang setuju, ada yang tidak. Namun dari penelitian kesamaan bahasa dan kedekatan geografis, itu sangat dimungkinkan untuk terjadi.
Terlepas orang Bugis “kembali” atau tidak, Kalimantan Timur merupakan salah satu kawasan penting di dalam sejarah migrasi orang Bugis, sejak ratusan tahun lampau sampai detik Ringkasan Buku The Bugis : Nenek Moyang Orang Bugis (Christian Pelras) ini dibuat. Untuk itu, pada gilirannya, dunia sosial, politik, ekonomi, dan budaya di Kalimantan Timur tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan Bugis atau Sulawesi Selatan secara umum.
Manusia Bugis di Kalimantan Timur tidaklah satu “jenis” saja. Pertama yang perlu diketahui, istilah “Bugis” sering diartikan sebagai “orang dari Sulawesi Selatan”, meski orang itu beretnik Makassar, Mandar, Bajau dan Toraja. Kedua, ada orang Bugis yang memang melakukan migrasi (lahir di tanah Sulawesi untuk kemudian pindah) dan ada yang orang hanya Bugis biologis saja, yaitu kedua (atau satu) orangtuanya berasal dari Sulawesi tetapi dia lahir di Kalimantan Timur.
Buku setebal 500 halaman ini merupakan buku terbaik tentang kebudayaan Suku Bugis. Artinya, dia bisa menjadi rujukan untuk dua hal di atas: perbedaan dan kesamaan Bugis dengan suku lain dan acuan generasi Bugis yang lahir di luar tana Ugi, misalnya di Kalimantan Timur ini. Manusia Bugis dan budayanya amatlah penting diketahui dari sumber yang obyektif sebab seringkali ada yang belum kita pahami hingga menimbulkan persepsi yang salah atau berlebihan terhadap Bugis dan manusianya.
Kalimat kunci yang menjadi benang merah antara: Pulau Sulawesi–manusia Bugis–migrasi–tujuan migrasi adalah alasan untuk melakukan perpindahan dari tanah kelahirannya ke daerah lain, baik di pulau yang sama (Sulawesi) maupun di seberang lautan: “…berhubungan dengan upaya mencari pemecahan konflik pribadi, menghindari penghinaan, kondisi
yang tidak aman, atau keinginan untuk melepaskan diri baik dari kondisi sosial yang tidak memuaskan, maupun hal-hal yang tidak diinginkan akibat tindakan kekerasan yang dilakukan ditempat asal.” (hal. 370).
Dari alasan-alasan di atas, Pelras mengambil kasus orang Bugis di Kalimantan Timur sebagai salah satu contoh, yaitu perpindahan seorang bangsawan Wajo’ bernama La Ma’dukelleng bersama 3.000 pengikutnya ke Pasir. Dan oleh Sultan Pasir, perantau tersebut diberi tanah yang sekarang ini dikenal dengan nama Samarinda, kawasan yang dibesarkan oleh orang Bugis.
Alasan di atas berlanjut: “Hanya saja, alasan seperti itu saja tampaknya tidak akan cukup memadai untuk dijadikan landasan untuk memahami mengapa begitu banyak tersebar pemukiman orang Bugis di seluruh Nusantara sejak akhir abad ke-17. Juga tidak dapat menjelaskan kenyataan bahwa—terlepas dari keadaan yang terus berubah—aktivitas perantauan justru merupakan ciri khas “permanen” orang Bugis hingga kini”.
Lalu, sebenarnya budaya apa sih yang identik dengan manusia Bugis? Pertanyaan ini mudah dijawab untuk orang Bugis yang memang lahir dan besar di Sulawesi Selatan. Lalu bagaimana yang mengklaim dirinya sebagai to Bugis tetapi dia lahir di daerah lain, katakanlah Kalimantan Timur? Ya, dia berhak bersikap demikian jika kedua orangtuanya Bugis totok, hitung-hitung dia bisa berbahasa Bugis. Tapi ini kan hanya salah satu unsur budaya Bugis. Bagaimana dengan unsur-unsur budaya yang lain? Apakah dia juga memiliki sikap siriq dan pesseq? Apakah ketika dia lahir dan menikah oleh orangtuanya menggunakan budaya-budaya Bugis? Rumahnya berarsitektur rumah Bugis? Apakah dia menjadi bagian dari pranata sosial yang berkembang di tanah Bugis?
Inilah yang perlu dijawab dan dipahami generasi Bugis yang lahir di perantauan. Manusia Bugis dapat dijadikan sebagai bahan perenungan untuk dapat memposisikan diri sebagai generasi yang tidak kehilangan akar budaya meski dia lahir di luar tanah-budaya moyangnya; meski ciri Bugis hanya karena dia keturunan sepasan laki-laki dan perempuan yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Bukan itu saja, orang lain yang mempunyai latar belakang suku yang berbeda tetapi bergaul dengan manusia Bugis di kesehariannya, misalnya sebagai isteri/suami, teman sekantor, rekan bisnis, dan sahabat juga penting untuk memahami budaya-budaya Bugis. Bagaimanapun, Banjar, Dayak, Jawa, dan suku lain di Kalimantan Timur mempunyai banyak perbedaan dengan budaya Bugis yang sedikit-banyak seringkali menimbulkan pergesakan yang berujung pada konflik. Pemahaman atas budaya Bugis dan sebaliknya (orang Bugis juga harus memahami budaya pihak lain) adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang harmonis.
Di mata orang luar, orang Bugis dikenal sebagai orang berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Bila perlu, demi mempertahankan kehormatan (siriq), mereka bersedia melakukan tindak kekerasan. Namun demikian, di balik sifat keras itu, orang Bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat menghargai orang lain serta sangat tinggi kesetiakawanannya. Orang Bugis memiliki berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka adalah contoh yang jarang terdapat di wilayah Nusantara. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki kesusastraan, baik lisan maupun tulisan yang cukup dikagumi. Dan setelah menganut Islam, bersama Aceh, Minangkabau, Melayu, Sunda, Madura, Moro, Banjar, Makassar, dan Mandar, orang Bugis identik sebagai orang di Nusantara yang kuat identitas keislamannya.
http://kampungbugis.com/asal-nenek-moyang-suku-bugis-makassar/
Sumber : The Bugis (Christian Pelras) dan 

8 ulasan:

  1. menurut saya buku yg ditulis oleh Christian Pelras(CP) yg berjudul The Bugis adalah tidak lebih dari sebuah agenda tersembunyi untuk menyerang generasi kita. bagaimana tidak apa yang di paparkan oleh CP dalam manusia bugisnya cenderung berlebihan,sejarahnya tidak objektif,dan pembunuhan karakter /identitas atas suku lain yg hidup berdampingan. sehingga muncul anggapan bahwa sul sel adalah bugis. padahal siapa mau dan ridho dirinya disebut sebagai diri orang lain???? siapa yang mau makassar disebut bugis???? siapa mau Luwu disebut bugis????

    merujuk kpada fakta sejarah yg telah di ukir oleh masing2 nenek moyang mereka,,muncul pertanyaan:
    suku manakah yg telah gigih melawan penjajahan di nusantara khususnya di KTI si BALANDA(lidah Macassar)?????(anda pasti menjawab Makassar si ayam jantan dari Timur)
    suku manakah yg telah membuat perahu Phinisi di sul sel???? anda pasti menjawab Konjo(para ahli/insinyur phinisi dari suku makassar konjo " kajang" bukan Bugis).
    suku manakah yg menciptakan tulisan huruf lontara di sul sel????( anda pasti menjawab Daeng Pamatte keluarga kerajaan Gowa /Makassar bukan Bugis)
    suku manakah yang jaya di laut dan menyusuri nusantara hingga manca negara untuk menyebarkan islam dan berdagang(contoh taripan di marege ausrtalia)????? anda pasti menjawab Manusia makassar keluarga kerajaan Gowa macam syekh yusuf)..
    suku manakah yg paling pertama menerimah Islam di sul sel dan menjadikan sebagai tata aturan dalam kerajaan???? anda pasti menjawab makassar.
    suku manakah yg menyebarkan islam ke kerajaan sekitar sul sel???? pasti anda menjawab makassar
    dan suku manapula yg justru bekerja sama dgn si kafir belanda sang penjajah????? anda pasti mnjawab Bugis Bone>> Bugis beralasan Makassar telah melakukan penjajahan terhadap Bugis , padahal sebenarnya tidak demikian maksud makassar. orang makassar hanyalah ingin menundukkan bugis bone untuk menerima islam dan dan besatu dgn makassar untuk melawan VOC. bagaimana jadinya jika sekiranya VOC di terimah di Bugis Bone??? pasti VOC akan membentuk imperium penjajahan agama dan ekonomi terhadap bumi CELEBES.hasilnya kerajaan Makassar dan sekitarnya serta agama islama akan terhempas oleh kekuatan dan kelicikan VOC- ini terbukti.itulah anggapan makassar. namun sejarawan dan generasi bugis memaknai lain. jadilah kita bodoh semua...
    suku manakah yg mendapat julukan ayam jantan dari timur??? anda pasti menjawab makassar.
    suku manakah yg paling gencar mempopulerkan appa sulapa, siri na pacce, berani, tallu cappa???? anda pasti menjawab makassar.
    suku manakah secra turun temurun mewariskan budaya nama Daeng (hampir semua makassar pakai daeng khususnya Lakiung dan Turatea...) anda pasti menjawab makassar...

    jadi nongolnya CP sebagai ahli budaya dan sejarah adalah tak lebih dari sebuah konspirasi,,, bagaimana jika sekiranya makassar di besar besarkan???? pasti islam ikut besar!!!!. inilah bagi CP cs bisa menjadi semacam ancaman. oleh karena itu untuk bisa tetap berkarya dan terkenal di sul sel dan dunia tulis menulis tanpa harus membesarkan islam maka dia mengangkat judul yg tetap relevan dgn misinya. yakni The Bugis mewakili suku2 lai di sul sel meskipun pelaku sejarah sebenarnya adalah makassar.

    namun tentu saja suku makassar dan lainnya tdk mau di anggap sebagai Bugis.. itu namanya BUGISASI...


    semoga bermanjafaat

    BalasPadam
    Balasan
    1. menurut sy bugis dan makassar tdk terpisahkan.... analisata daengta maloasa ekis5 terlalu makassar... jgn lupa bahwa makssar dibantu oleh wajo, mandar dan luwu.. wajo dan luwu merupakan dua kerajaan bugis... dan peristiwa perbudakan bone itu terjadi karna makassar mencampuri urusan kerajaan bone yang ingin memurnikan islam dgn menghapus perjudian sabung ayam, perbudakan dll.
      org luwu tidak mau dikatakan bugis itu juga tergantung komunitasnya.. klo rumpun yg berbahasa tae mungkin saja.. krn mereka lebih dekat ke toraja,... tapi klo luwu di pattimang tempat kerajaan berdiri, jls mereka mengaku bugis,... itu bisa dilihat dari lontar kerajaan luwu...

      Padam
  2. Ya, klo uda memang bugis ya bugis.. Memang banyak jenis bugis, tp ttap semuanya sesuku.. Endrekang, bone, kalupini, pindrang, makassar, dan lain2 smua sama saja, yg beza, asal mereka ini saja..

    BalasPadam
  3. Qta semua itu saudara di sulawesi selatan.nenek moyang qta semua saudara dlu.sekarang aja terpecah"beda bahasa saja...

    BalasPadam